Selasa, 14 Juli 2009

Jembatan Menjadi Professional

Profesionalisme menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seseorang pasti melewati yang namanya profesionalisme meskipun dalam artian yang tidak ilmiah. Mata kuliah Penelitian Pasar yang berada pada semester 6 Program Studi Manajemen Pemasaran Fakltas Ekonomi Universitas Airlangga menuntut seorang mahasiswa sebagai prototype seorang professional meskipun suatu saat hal itu tidak disadari. Mata kuliah ini menuntut seorang mahasiswa tidak terkecuali saya untuk menjadi professional karena didalamnya menuntut banyak kegiatan praktek yang dilakukan di lapangan.
Ada beberapa hal yang menjadi pelajaran ketika saya menjalani mata kuliah ini. Sesaat kita tidak sadar bahwa hal ini akan membawa kita kearah profesionalisme namun hasil yang diinginkan oleh seorang dosen menuntut seorang mahasiswa bekerja secara professional. Hal yang menjadi pelajaran tersebut antara lain tantangan fisik, kekuatan mental, kekuatan emosi, dan mengetahui siapa yang dihadapi. Kelima hal tersebut menjadi pelajaran yang berharga bahwa dalam profesionalitas suatu tugas merupakan aspek yang menunut seseorang untuk terus maju dan berusaha menjadi yang terbaik

1. Tantangan Fisik
Sudah menjadi sesuatu yang wajib bahwa fisik merupakan hal yang penting dalam melaksanakan suatu tugas, namun fisik tidak dapat berdiri sendiri untuk melaksanakan suatu tugas. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan lapangan menuju profesionalitas dibutuhkan fisik yang prima untuk menjamin bahwa hasil yang dicapai setidaknya juga akan berjalan optimal. Mengingat penelitian pasar menunut sesorang untuk selalu segar dan menjaga kondisi sehingga ia akan kelihatan seperti seorang professional ketika menjalankan tugas. Responden ketika melihat seseotrang yang kelihatan secara fisik seorang professional akan menghormati kita sebagi orang yang benar-benar menghormati apa yang akan ia kerjakan. Suatu saat seorang responden yang kita mintai tolong akan memberikan respons yang baik maupun yang buruk. Namun menjadi nilai plus jika kita mampu membawa diri kita menjadi orang yang layak dalam meminta bantuan kepada responden. Penampilan yang baik dan tutur kata yang sopan membuat kami diterima menjadi sesorang yang benar-benar bermartabat dalam profesionalisme meskipun dalam bidang ini tidak mengenal sesuatu yang bermartabat.
Hasil yang didapatkan akan berbeda jika kita asal-asalan dalam melakukan tugas seperti ini. Asal-asalan yang dimaksud disini adalah kita tidak menghiraukan apa yang menjadi tampilan fisik dan kondisi yang prima. Seorang responden pertama kali akan melihat apakah seorang pengumpul data tersebut benar-benar orang yang sungguh-sunguh atau hanya untuk memenuhi persyaratan saja. Jika seorang periset tidak mencerminkan dirinya adalah seorang professional maka akan sangat sulit untuk meyakinkan bahwa responden tersebut mau untuk dimintai polling yang akan kita minta. Demikian juga dengan cara kita berbicara juga menjadi cerminan diri kita sendiri untuk benar-benar bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas ini.
Jadi awal untuk memulai sesuatu yang benar-benar mencerminkan diri kita adalah bagaimana kita meninjukan diri kita sebenarnya dalam pandangan pertama melalui kesan fisik yang baik dan mampu membius seorang responden sehingga responden tersebut mampu kita arahkan sesutau dengan apa yang akan kita inginkan

2. Kekuatan mental
Mentak merupakan hal yang sulit untuk dipelajari oleh diri kita sendiri butuh banyak waktu untuk membuat sesorang menjadi orang yang tangguh dala menata hidupnya termasuk mental. Dalam melakukan pekerjaan yang seperti ini membutuhkan mental yang cukup bagus untuk dimiliki sehingga ketika dia menerima sutu tindakan yang kurang menyenangkan maka dirinya akan tetap bertahan tanpa ada kata menyerah. Itulah poin yang penting ketika tugas ini dilaksanakan. Seorang periset harus memiliki mental yang baik ketika berada dilapangan, ia harus mampu untuk menunjukan bahwa dirinyalah seorang professional yang benar-benar terjun ke dalam masyarakat dalam melaksanakan tugasnya. Jika ia dalam melaksanakan tugasnya memiliki mental yang buruk maka bisa dipastikan bahwa hasil yang didapat akan jauh dari kata maksimal atau bahkan tidak akan mendapatkan hasil. Sebagai contoh bahwa ketika ia terjun ke masyarakat dan langsung datangn ke seorang responden untuk dimintai tolong buat mnengisi polling, entah apa yang dikatakan oleh si periset jika responden tersebut bersikap acuh tak acuh terhadap periset atau bahkan lebih buruk lagi maka hal ini akan menguji mental si periset itu sendiri, apakah ia benar-benar kuat untuk menerima keadaan dan kondisi seperti ini. Jika mental periset tidak mencerminkan seorang profesioanal maka ia akan mundur dan hatinya akan bergejolak sebagai akaibat dari mental yang tidak bisa menerima hal seperti ini.
Jadi dibutuhkan mental yang kuat unutk bisa beradaptasi dengan keadaan yang kadang sulit untuk di tebak. Hal ini menjadi suatu tantangan yang akan membuat diri kita mampu untuk menjalalni tugas ini atau tidak

3. Kekutan Emosi
Emosi merupakan hal yang menetukan sebuah perjalanan hidup sesorang. Emosi juga berhubungan dengan kekuatan mental sesorang. Emosi dan mental merupakan suatu kesatuan yang membentuk karakter seseorang. Dalam hal ini emosi merupakan sesuatu yang tidak bias dilepaskan dalam hal apapun tidak terkecuali ketika menjalani tugas yang seperti ini. Ketika seorang periset dihadapkan pada responden yang benar-benar unik maka emosi paling brperan dalam suksesnya tugas yang dijalannkan apalagi tugas tersebut mempunyai tekanan yang membuat kita semakin tertekan ketika kita menjalani tugas ini. Hal ini sangat penting untuk kelangsungan proses sehingga hasil yang di capai juga maksimal. Pengendalian emosi merupakan poin penting dalam tugas riset ini. Ketika seorang periset dihadapkan pada kondisi dimana seorang responden tidak tahu apapun tentang apa yang dimaksudkan sehingga periset harus mengajari seorang responden dari awal maka seorang periset harus dengan sabar dan juga harus bias menahan emosi harus menuntun responden tanpa menggiringnya ke jawaban tertentu. Itulah yang harus dilakukan leh seorang periset sehingga ia benarbenar mampu untuk menguasai egonya
Hal yang paling penting juga periset harus menunjukan sikap yang ramah meskipun ketika melaksanakan tugas riset tersebut juga tak jarang menemui penolakan bahkan cibiran dari beberapa responden yang sinis terhadap apa yang kita kerjakan.
Jadi apapun yang terjadi keika kita memulai tugas dilapangan maka yang perlu kita tekankan disini adalah supaya periset bias menjaga emosi da tidak mudah marah atau kehilangan semangat dalam melaksakan tugas riset ini. Justru semakin sering kita menghadapi hal-hal yang semakin membawa kita melibatkan emosi maka kita akan semakin idah untuk mengatasi berbagai masalah bahkan akan dengan mudah menghadapi segala tantangan
4. mampu membaca karakter orang
karakter merupakan pembawaan yang sulit untuk ditebak bahkan butuh berwaktu-waktu untuk mengetahui karakter sesorang. Karakter tidak jauh berbeda dengan mental namun ada sedikit perbedaan mengeani prinsip dari kedua pengertian diatas. Kalau karakter dimana sesorang akan dihadapkan pada perilaku sesorang yang sebenarnya untuk sekilas mudah untuk diketahui dengan pendekatan pada perilaku yang spontan yang ditunjukkna kepada kita. Hal ini juga berlaku ketika kita melakukan sutu riset terutam riset dalam bidang marketing. Seorang periset harus mengetahui secara jelas apa yang ada dipikiran responden melalui cara bicara mimik wajah atau respon yang diberikan ketika kita memberi suatu petunjuk kepada responden.
Jadi empat hal tersebut setidaknya harus dipelajari sebagai pelajaran sehingga seseorang yang terjun ke lapangan menjadi periset harus mampu dan mengerti membaca keadaan dan tahu apa yang akan dilakukan ketiaka ia dalam kondisi terdesak dan harus secra cermat dalam mengambil kesimpulan tentang apa yang akan didapatkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar